10 Mei 2001 menjelang ashar, Wartawan Serambi Indonesia, Nasir Nurdin menerima telepon dari HT Djohan. Membuat janji untuk melakukan konferensi pers pada, Jumat 11 Mei 2001. Dengan agenda menyampaikan informasi penting yang harus diketahui masyarakat. 10 Mei 2001, Magrib. Sepulang shalat Magrib dari Masjid Raya Baiturrahman saat penembakan sempat di panggil “djohan” oleh penembak. T Djohan terkena 3 tembakan (1 belakang telinga, 1 di depan leher dan 1 di dada) Dikutip dari wawancara serambi.
Berdasarkan informasi dari masyarakat, terdapat 2 versi kronologis penembakan, yakni menggunakan kendaraan mobil [Toyota] Kijang dan ada yang menyebutkan pelaku naik sepeda motor [Honda] GL Pro. (AcehTrend.com). Dilansir Liputan6.com, pada Jumat (11/5/2001, Kepolisian Daerah Aceh memeriksa 12 saksi dalam kasus penembakan. Para saksi adalah warga sekitar Jalan Profesor A. Majid Ibrahim, tempat kejadian berlangsung dan orang yang berada di lokasi itu. Sejauh ini, polisi belum menemukan pelaku penembakan tersebut. Demikian diungkapkan Kepala Polda Aceh Brigadir Jenderal Polisi Chaerul Rasyid, di Markas Kepolisian Resor Kota Banda Aceh, Jumat (11/5/2001).
keterkaitan antara pembunuhan Rektor Institut Agama Islam Negeri Arraniry Profesor Sofyan Idris September silam dan kasus ini, Rasyid menegaskan, polisi belum menemukan adanya keterkaitan kedua kasus tadi. Sebab, sampai sekarang kasus pembunuhan Sofyan belum juga terungkap Kapolda Aceh, Brigjen (Pol) Chaerul Rasyid mengatakan, meskipun polisi belum mengetahui identitas pelaku pembunuhan Mayjen TNI (Purn) Teuku Djohan, namun pihaknya sudah mengetahui bahwa organisasi pelaku penembakan tersebut dari Gerakan Sparatis Bersenjata (GSB). “Organisasinya sudah jelas, itu tindakan Gerakan Separatis Bersenjata,” kata Kapolda Aceh kepada Tempo, Senin siang (14/5). (Tempo)
T Djohan Dikebumikan secara militer di Taman Makam Pahlawan (TMP) Banda Aceh, sekitar pukul 14.00 WIB, setelah dishalatkan di Masjid Raya Baiturrahman.